Dengan wilayah geografis yang dimiliki, Indonesia menghadapi tantangan dalam mengendalikan karakter cuaca yang ekstrem, baik temperatur maupun perubahan arah angin. Demikian disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo ketika membuka acara Dialog Nasional Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA), di kantor Kementerian PUPR Jakarta, Senin (14/11).
(Sumber: Detik.com)
Meski demikian, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki potensi air yang besar dengan total 3.906 km kubik. Guna menyelamatkan air dan mengurangi bencana terkait air ini, pemerintah menginisiasi sinergitas dengan melakukan Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air atau GN-KPA yang dicetuskan pada tahun 2005.
Dengan sering terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan Mendagri menghimbau melakukan sinkronisasi dan harmonisasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam melakukan penyelamatan hutan, air, dan tanah. “Masalah sinkronisasi dan harmonisasi dalam konteks tanah, hutan, dan air jadi kata kunci,” ujar Mendagri Tjahjo.
Revitalisasi GNKPA disepakati oleh delapan kementerian (Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negri, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi) yang dilakukan pada 9 Mei 2015 dimaksudkan untuk menggalakkan kembali program-program GN-KPA. “Oleh karena itu, prinsip dari kerangka desain pembangunan yang dicanangkan adalah simpan air, jaga air, hemat air. Upaya-upaya kita semua dari 8 Kementerian/Lembaga terkait mendukung penuh upaya kelangsungan agar program ini terkoordinasi,” tambah Mendagri Tjahjo. (*)