Tidak hanya di Istana Merdeka di Jakarta saja yang rutin menjadi tempat penyelenggaraan Upacara Peringatan HUT RI setiap tanggal 17 Agustus. Istana Kepresidenan Yogyakarta juga secara ajeg mengadakan Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI yang dilaksanakan tepat pukul 10.00 WIB dengan Inspektur Upacara, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Ada yang unik dan menarik dari upacara peringatan HUT RI tahun 2016 kali ini yaitu peserta aubade dan pengiring musik yang terdiri atas 315 siswa dan siswi tingkat SD sampai SMA di Yogyakarta mengenakan pakaian adat dari berbagai provinsi di Indonesia. Hal tersebut tentu saja menambah semarak suasana. Pengiring musik adalah para siswa Sekolah Menengah Musik Yogyakarta. Peserta aubade dengan merdu menyanyikan lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah serasi dengan kostum yang mereka kenakan. Sungguh sangat ceria dan semangat peserta aubade ini. Senyuman tak lepas dari wajah mereka.
Beberapa anak yang diwawancarai mengaku bangga dan gembira bisa menyanyi di depan Gubernur DIY, tamu undangan dan masyarakat luas. Mereka juga berdoa, Indonesia akan lebih maju dan jaya. Di sore hari, sebelum Upacara Penurunan Bendera, peserta upacara yang terdiri atas berbagai eleman masyarakat disuguhi dengan acara Parade Senja yang menampilkan Marching Band yang sangat atraktif dari SMK N 1 Wonosari, Universitas Gajah Mada, dan Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta. (Novaheni, Istana Kepresidenan Yogyakarta)
Perayaan HUT Kemerdekaan RI di Pulau-Pulau Terluar
Pulau Enggano yang merupakan satu dari 92 pulau-pulau kecil terluar di Indonesia yang berpenduduk, dan secara administrasi terletak di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, akan menjadi tempat upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 71 untuk pulau-pulau kecil terluar.
Selain upacara, peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-71 ini, juga dilaksanakan penanaman vegetasi pantai (kerja sama dengan DKP Provinsi Bengkulu), Transplantasi Terumbu Karang (kerja sama dengan DKP Provinsi Bengkulu dan Universitas Bengkulu), Aksi Tepian Negeri (Reef Check, pendirian Rumah Baca, Pemutaran Film-film Edukasi, dan Bersih Pantai) kerjasama dengan Destructive Fishing Watch Indonesia, serta ditutup dengan perayaan Festival Enggano.
Sebagai pulau kecil yang berada di beranda Nusantara, Pulau Enggano kondisinya relatif sama dengan pulau-pulau kecil terluar lainnya di negeri ini, yang umumnya memiliki karakteristik yang khas, dan sekaligus menjadi sumber permasalahan yang membutuhkan penanganan secara terpadu dan menyeluruh. Secara geografis Pulau-Pulau Kecil Terluar berjarak lebih dekat dengan negara tetangga, penduduk banyak yang mencari nafkah di negara tetangga, karena lebih mudah mendapatkan pekerjaan, misalnya penduduk Pulau Miangas (berbatasan dengan Philipina), serta Pulau Sebatik (berbatasan dengan Malaysia). Begitu juga dengan sarana dan prasarananya, sehingga kegiatan ekonominya lebih dipengaruhi oleh kegiatan yang terjadi di wilayah tetangga.
Sebetulnya, kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar sudah ada, bahkan Perpres No. 78 Tahun 2005 dibuat untuk mempercepat dan mengefektifkan pengelolaan PPKT, namun pelaksanaanya belum sepenuhnya efektif. Sehubungan dengan hal tersebut, Pulau Enggano dengan segala keterbatasan dan keunggulannya, memiliki prospek untuk dikembangkan dan menjadi pilar pembangunan nasional. Sektor kelautan dan perikanan merupakan modal pembangunan yang dapat dikelola sebagai prime over pembangunan, baik skala lokal, regional maupun nasional.
Kebutuhan yang multi aspek bagi pengelolaan pulau Enggano menuju Pulau Mandiri, meniscayakan hadirnya berbagai pihak untuk mendayagunakan kapasitas berdasarkan bidang kompetensi masing-masing untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengelolaan pulau Enggano. Koordinasi, kerjasama dan keterpaduan merupakan kunci keberhasilan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar untuk mencapai kemandirian. “Melalui momentum Upacara Bendera peringatan HUT-RI ke 71 di Pulau Enggano ini diharapkan menjadi pemicu percepatan pembangunan pulau Enggano sebagai pusat pertumbuhan ekonomi pulau-pulau kecil terluar dan kawasan perbatasan,” seperti tertuang dalam siaran pers yang dikeluarkan pihak KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) beberapa waktu lalu
Kereta Kencana Ki Jaga Raksa, Pemikat Kirab Bendera Pusaka
Sementara itu, di Jakarta sendiri, ada yang berbeda pada peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 tahun ini yaitu iring-iringan kirab Bendera Pusaka Merah Putih. Kirab tersebut berjalan dari Monumen Nasional (Monas) ke Istana Merdeka dengan rangkaian rombongan terdiri atas Kelompok Drum Band, anggota Paspampres yang memakai pakaian Prajurit Kraton Yogyakarta, Pasukan Pengibar Bendera (Paskibraka), dan Pasukan Berkuda. Hal baru ini tentu saja menarik perhatian masyarakat yang sudah berbaris rapi menunggu kirab di pojok Jalan Merdeka Utara, jalan yang memisahkan antara Monas dan Istana Merdeka.
Kereta Kencana Ki Jaga Raksa yang ditarik dengan deretan kuda-kuda yang gagah merupakan salah satu pemikat kirab ini. Kereta yang dipinjam dari Pemkab Purwakarta ini diiringi oleh seorang kusir tegap, membawa dua orang anggota Paskibraka dengan Bendera Pusaka di tangannya dan dikawal oleh dua orang Paskibraka yang berdiri siaga pada bagian belakang kereta. Rombongan kereta yang ditarik 4 ekor kuda putih dengan logo resmi HUT RI ke-71 pada bagian pintu kereta ini mampu menyihir pandangan warga yang antusias dan tidak ingin kehilangan momen spesial macam ini. Mereka langsung dengan sigap mengambil kamera atau handphone-nya untuk mengabadikan atau sekedar selfie dengan background kereta kencana tersebut.
Dengan adanya prosesi iring-iringan kirab yang baru pertama kali dilakukan sebagai bagian dari prosesi acara peringatan HUT RI di Istana, membuktikan bahwa Pemerintah selalu berusaha mendekatkan diri dengan rakyatnya dan tidak ada jarak serta mengajak mereka untuk terlibat bersuka cita merayakan kemerdekaan RI. (*)