Dalam kegiatan puncak Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2016 tingkat Nasional yang dilaksanakan di Kabupaten Siak, Riau pada Jumat, (22/7/16), dilaksanakan pula penyerahan Piala Adipura yang diberikan kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, serta penghargaan kepada individu dan kelompok berupa Piala Kalpataru. Khusus Piala Kalpataru, pada tahun ini diberikan kepada 10 orang/kelompok.
(Berita: AlamEndah. Foto: PPID Dephut)
Piala Kalpataru sendiri adalah penghargaan di bidang lingkungan hidup yang diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada individu atau kelompok yang berjasa dalam usaha pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Penerima penghargaan Kalpataru dibagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu perintis lingkungan, pengabdi lingkungan, penyelamat lingkungan, dan pembina lingkungan.
Pada 2016 ini, Kalpataru diberikan kepada 10 perseorang dan kelompok masyarakat. Kesepuluh orang dan kelompok tersebut terdiri atas 2 orang penerima Kalpataru kategori Perintis Lingkungan, 3 orang kategori Pengabdi Lingkungan, 3 orang dan kelompok untuk kategori Penyelamat Lingkungan, dan 2 orang dalam kategori Pembina Lingkungan.
Berikut daftar selengkapnya ke-1o orang dan kelompok penerima penghargaan Kalpatru tahun 2016.
Kategori Perintis Lingkungan
Kalpataru kategori Perintis Lingkungan diberikan kepada warga negara Indonesia (perseorangan) bukan pegawai negeri dan tokoh organisasi formal yang dinilai telah menunjukkan kepeloporan dan sumbangsih bagi upaya-upaya pemeliharaan fungsi lingkungan hidup. Penerima Kalpataru dalam kategori Perintis Lingkungan Tahun 2016 adalah:
1. Mbah Sadiman (Wonogiri, Jawa Tengah)
Lelaki yang tinggal di Dusun Dali, Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah ini sejak 1996 telah melakukan rehabilitasi lahan kritis di lereng-lereng bukit serta penyelamatan dan perlindungan sumber mata air. Beliau berhasil menanam hingga 15 ribu pohon beringin di lokasi seluas 809 ha dan 5000 pohon yang ditanam bersama relawan.
2. DR. Gamal Albinsaid (Malang, Jawa Timur)
DR. Gamal Albinsaid tinggal di Jl. Ahmad Yani No. 129 Kota Malang, Jawa Timur. Bersama beberapa sahabatnya berhasil menciptakan model keuangan kesehatan yang dinamai Klinik Asuransi Sampah (Garbage Clinical Insurance) yang bertujuan agar setiap orang mendapatkan akses kesehatan.
Kategori Pengabdi Lingkungan
Kalpataru kategori Pengabdi Lingkungan diberikan kepada petugas lapangan atau pegawai negeri yang menunjukkan kepeloporan dan sumbangsih bagi upaya-upaya pemeliharaan fungsi lingkungan hidup. Penerima Kalpataru dalam kategori Pengabdi Lingkungan Tahun 2016 adalah:
1. Yohanes Wambrauw (Biak Numfor, Papua)
Yohanes Wambrauw merupakan guru SMPN di Pulau Numfor, Papua. Beliau yang tinggal di Jl. Wonggar Babo, Desa Indailon, Distrik Numfor Timur, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua ini semenjak 2004 berinisiatif untuk menanam mangrove di bibir pantai pulaunya yang kerusakan lingkungan hingga mencapai 10 hektar. Tahun 2008 warga penduduk sekitarnya mulai sadar dan ikut mendukung penanaman mangrove hingga mencapai 30 hektar.
2. Jasman, S.Ag (Solok, Sumatera Barat)
Jasman, S.Ag layak disebut sebagai Sang Penyelamat Danau Singkarak. Lekaki yang tinggal di Nagari (desa) Paninggahan, Kecamatan Junjung Sirih, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat ini mulai tahun 2003 telah melakukan penghijauan dan mendorong masyarakat untuk menyelamatkan sumber mata air di Danau Singkarak.
3. Neneng Anengsih (Buleleng, Bali)
Perempuan yang tinggal di Dusun Kaja Kangin, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali ini adalah seorang Penyuluh Lapangan Kehutanan yang gigih. Salah satu perannya adalah membangkitkan partisipasi masyarakat dalam melakukan penghijauan di beberapa desa di Buleleng serta menjaganya hingga 2014.
Kategori Penyelamat Lingkungan
Kalpataru kategori Penyelamat Lingkungan diberikan kepada petugas lapangan atau pegawai negeri yang menunjukkan kepeloporan dan sumbangsih bagi upaya-upaya pemeliharaan fungsi lingkungan hidup. Penerima Kalpataru dalam kategori Penyelamat Lingkungan Tahun 2016 adalah:
1. Kelompok Tani Wonga Mengi (Ende, NTT)
Kelompok Tani Wonga Mengi berdiri tanggal 14 April 2008 di Dusun Ndetuwari, Kelurahan Kedebodu, Kecamatan Ende Timur, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pendirinya, Yohanes Nara, berinisiatif mendirikan Kelompok Tani Wonga Mengi (Wonga Mengi berarti ‘bunga sirih) usai terjadinya bencana alam tanah longsor di Kedebodu pada 2008. Kelompok ini aktif melakukan penanaman pada lahan bekas longsor dengan jenis tanaman komoditi seperti cokelat, kopi, cengkih, kemiri dan sirih.
2. Yohasap Paririe (Kepulauan Yapen, Papua)
Yohasap Paririe tinggal di Kampung Poom I, Distrik Poom, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Bersama Kelompok Aikakopa, sejak tahun 2000 berinisiatif melarang perburuan Burung Cenderawasih yang hidup di kawasan hutan ulayat klen keluarganya seluas 40 hektar. Selain itu juga mendata jumlah dan jenis Burung Cenderawasih, melakukan patroli, membuat pos pengawasan, dan banyak hal lain untuk melestarikan Burung Cenderawasih.
3. Yayasan Alam Sehat Lestari (Kayong Utara, Kalimantan Barat)
Yayasan yang terletak di Dusun Simpang Empat, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat ini didirikan oleh drg. Hotlin Ompusunggu bersama Kinari dan Antonia Gorog, Ph.D. Yayasan Alam Sehat Lestari. Yayasan ini melakukan kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, rehabilitasi lahan kritis, monitoring ilegal logging, pendidikan lingkungan, pertanian berkelanjutan, hingga membuat kebun keluarga.
Kategori Pembina Lingkungan
Kalpataru kategori Pembina Lingkungan diberikan kepada pejabat, peneliti, pengusaha, atau tokoh masyarakat telah yang menunjukkan kepeloporan dan sumbangsih bagi upaya-upaya pemeliharaan fungsi lingkungan hidup. Penerima Kalpataru dalam kategori Pembina Lingkungan Tahun 2016 adalah:
1. Moh. Shokib Garno Sunarno (Kudus, Jawa Tengah)
Pria yang tinggal Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah ini sekaligus kuncen Makam Sunan Muria. tahun 1999 beliau membentuk Paguyuban Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH) Muria untuk mengelola dan melestarikan hutan di lereng Gunung Muria. Bahkan untuk menanami lokasi-lokasi yang sulit dijangkau beliau menggunakan ketapel. Ketapel tersebut digunakan untuk melempar biji-biji tanaman.
2. TGH. Hasanain Juaini LC, MH (Lombok Barat, NTB)
TGH. Hasanain Juaini LC, MH adalah seorang guru agama sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Haramain Putra Putri. Tinggal di Desa Narmada, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kiprahnya di bidang lingkungan hidup diakui dengan diterimanya berbagai penghargaan seperti penghargaan dari Presiden RI atas Penyuksesan “Penaman Satu Milyar Pohon Tahun 2011”, penghargaan “Gerakan Penanaman Pohon Satu Milyar Pohon Tahun 2012”, Tokoh Perubahan Republika Tahun 2015, dan penerima National Trophy for 1 Billion Tres Planting tahun 2014. (*)