Jakarta, Apkasi.org. Jawara Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 akhirnya disabet oleh Desa Wisata Les, Buleleng, Bali. Kepastian ini didapatkan setelah Kementerian Pariiwsata mengumumkan para pemenang ADWI 2024 yang digelar di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Minggu (17/11/2024).
Desa Wisata Les, dinobatkan menjadi Desa Wisata Terbaik ADWI 2024 dan penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana. Terpilihnya Desa Wisata Les berdasarkan hasil penilaian dewan juri yang berjumlah 13 orang. Desa wisata yang berlokasi di balik Bukit Kintamani ini dinilai baik dalam semua kategori penilaian, yaitu daya tarik wisata, amenitas, digital, kelembagaan, sumber daya manusia (SDM), dan resiliensi.
[Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyerahkan piala kepada Juara ADWI 2024 dari Desa Les, Buleleng Bali. Foto: Dok Kemenpar.]
“Tentunya sangat bahagia, tidak menyangka,” kata Ketua Pokdarwis Desa Les Nyoman Nadiana seusai menerima penghargaan seperti ditulis Liputan6.com. Dalam kesempatan itu, ia juga mempromosikan sejumlah objek wisata andalan di desanya yang disebutnya lengkap. Dimulai dari atraksi wisata alam, desanya memiliki luas pantai empat kilometer yang dikelola untuk aktivitas laut, seperti berenang, menyelam, snorkeling, hingga konservasi terumbu karang.
Mengutip laman resmi Jadesta, terdapat lima spot diving maupun snorkeling yang direkomendasikan di Desa Wisata Les. Kelimanya adalah Dragon Side, Palisan Side, Les Paradise, Les Drop Side, dan Umah Be Side.
Desa Les juga memiliki air terjun yang disebut tertinggi di Bali, yakni Air Terjun Yeh Mampeh. Pihak pokdarwis pun mengembangkan atraksi seperti treking ke hutan atau melukat di kawasan air terjun tersebut. “Kita juga ada wisata edukasi, bagaimana pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Ada kebun organik juga,” ia menambahkan.
Hal menarik lainnya dari Desa Les adalah desa yang dikenal sebagai sentrea produksi garam organik. Sebagai salah satu desa Bali kuno, di Desa Les ada tradisi leluhur yang terus dilestarikan warga dan bahkan menjadi salah satu atraksi wisata. Mereka memproduksi garam organik dengan cara unik. “Jadi, pembuatannya menggunakan media tanah. Kadungan mineral baik di tanah terkandung juga di garam,” kata Nadiana.
Tanah yang dipakai tidak bisa sembarangan, melainkan kualitas tanah terbaik. “Tentu manfaat garamnya banyak sekali. Ada garam rasa, spa bisa, terapi juga bisa,” imbuh Kepala Desa Les Gede Adi Wistara.
Selain itu, sebagai desa Bali kuno, warga desa juga tidak menerapkan tradisi ngaben (pembakaran mayat), melainkan menaruhnya saja di permukaan tanah. Di desa itu juga terdapat tatanan pura yang menyerupai Pura Besakih dengan Pura Bale Agung Desa Les dikelilingi pPura dadya/keluarga. Terdapat pula cagar budaya yang berada di Pura Puseh dengan banyaknya arca-arca.
Dari wisata kuliner, Wistara merekomendasikan dua menu yang juga pernah dicicipi mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Pertama adalah belok yang merupakan campuran berbagai sayuran, termasuk labu. Kedua adalah mengguh. “Itu bubur kuning yang penyedapnya langsung ikan segar di laut,” tukasnya menjelaskan. (*/Sumber Artikel: Liputan6.com)