Kebutuhan akan adanya wisata syariah menunjukkan tren naik dan banyak diburu oleh para wisatawan. Ini pula yang melandasi Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) getol mengembangkan wisata syariah. Hal ini dikemukakan oleh Bupati Lombok Utara, Najmul Akhyar saat menjadi narasumber dalam kegiatan Workshop Nasional Kepariwisataan dan Kehumasan yang diselenggarakan oleh Apkasi bekerjasama dengan TRAVLR Indonesia di Kantor Sekretariat Apkasi di Jakarta, Kamis (14/12/17).
Menurut Najmul, konsep wisata syariah yang sedang digalakkan tidak akan mematikan tradisi wisata yang sudah ada sebelumnya. “Jadi jangan takut dengan konsep syariah ini. Wisata syariah di Lombok Utara ini hanya ditekankan pada konsep yang identik dengan sehat, halal dan transparan. Dengan konsep ini wisatawan mendapatkan pilihan wisata sesuai dengan keyakinannya, terutama bagi wisatawan muslim,” imbuh Najmul.
Najmul juga menegaskan bahwa pengusaha di sektor pariwisata tetap bisa menjalankan bisnis konvensional. “Kita ikat mereka dengan perjanjian-perjanjian yang transparan untuk melindungi para pihak,” katanya lagi.
Sebagai destinasi syariah, Najmul juga mencanangkan KLU 1000 Masjid yang akan memudahkan wisataman muslim menikmati destinasi wista tanpa rasa was-was harus meninggalkan syariat Islam. Dengan konsep syariah, aku Najmul, justru banyak wisatawan yang senang karena sudah ada informasi yang jelas sehingga wisatawan dari awal sudah bisa menentukan tujuan wisatanya ke mana serta makanan dan minuman yang ia inginkan seperti apa.
Rata-rata kunjungan wisatawan sendiri, imbuh Najmul, memang beberapa waktu terpengaruh dengan adanya erupsi Gunung Agung di Bali. “Namun saat ini sudah berangsur pulih. Di ikon wisatanya KLU di 3 Gili jumlah kunjungan hampir 3 ribu perhari, dan ini diprediksi mencapai 15 ribu per hari pada saat pergantian tahun. Kami tentu akan mempersiapkan dengan baik antisipasinya,” tambahnya.
Hal menarik lainnya, Najmul menjelaskan bahwa sektor pariwisata ini juga harus bisa mendorong dan mengungkit sektor-sektor lainnya seperti pertanian, pendidikan, kesehatan sehingga akan banyak masyarakat lokal yang menerima manfaat dari tumbuhnya wisata di KLU. “Misalnya kami mulai menghinbau dan kalau perlu mewajibkan pelaku industri pariwisata harus merangkul petani lokal untuk supply makanan dan minumannya, sehingga sektor pariwisata ini tidak tumbuh sendirian,” ungkap Najmul. (*)