Kehadiran Walikota Catbalogan, Filipina, Hon Stephany Uy-Tan di Kabupaten Trenggalek, berhasil mencuri perhatian para peserta United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG-Aspac) Workshop Enhancing Competitiveness & Emowering Cooperatives di Pendopo Manggala Praja Nugraha Kabupaten Trenggalek, Sabu (12/11/16).
(Bupati Trenggalek Emil Dardak memberikan bunga selamat datang kepada Walikota Catbalogan, Filipina, Hon Stephany Uy-Tan sebagai ucapan selamat datang di Kabupaten Trenggalek. Foto: Humas Apkasi)
Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak yang menjadi tuan rumah acara menjelaskan bahwa kehadiran Stephany dimaksudkan untuk saling tukar informasi dan kerjasama yang bisa digalang, tidak hanya Trenggalek tapi daerah kabupaten/kota di sekitarnya. “Jadi hari ini kami menggelar seminar bersama UCLG, Apkasi dan Walikota Stephany tentang bagaimana mengembangkan perekonomian lokal sehingga mampu meningkatkan daya saing daerah,” papar Bupati Trenggalek, Emil Dardak.
Emil mengaku, kedatangan walikota Stephany tersebut juga sebagai sarana untuk mempererat kerjasama internasional antara Kabupaten Trenggalek dengan Catbalogan, serta Negara Filipina. Tak hanya itu saja, kegiatan tersebut juga menggandeng sejumlah pemerintah daerah di sekitar Trenggalek seperti, Ponorogo, Pacitan, Tulungagung, Blitar maupun Kediri.
Menurutnya, kepala daerah yang masih berusia 33 tahun tersebut memiliki prestasi yang cukup mumpuni dalam membangun daerah yang dipimpin. Kota yang semula hanya memilki indeks daya saing nomor 106 se-Filipina, langsung meroket menjadi nomor 46. “Ilmu itulah yang coba kita adopsi di Trenggalek, karena Catbalogan sendiri karakter wilayahnya hampir sama dengan di sini, ada gunung, ada laut dan sering mengalami bencana juga,” ujarnya.
Sebelum berbagai pengalaman kepada ratusan peserta, Walikota Stephany terlebih dahulu meninjau sejumlah produk kerajinan batik khas Trenggalek. Bahkan wanita yang pernah menjadi kepala desa di usia 23 tahun itu sempat mencoba untuk membatik.
Stephany Uy-Tan mengatakan, mengubah wilayah yang tadinya memiliki daya saing rendah menjadi kota yang diperhitungkan, membutuhkan perjuangan yang ekstra. Ia mengaku salah satu caranya yakni dengan menciptakan sistem pemerintahan yang bersih dan kredibel. “Di kota saya untuk pengajuan perizinan penanaman modal hanya cukup mudah dan hanya membutuhkan waktu satu hari, dengan melalui tiga langkah dan sistem sudah online semuanya,” katanya.
Selain itu, untuk menunjang iklim investasi, pemerintah daerah juga memberikan kepastian hukum terhadap unit usaha yang beroperasi di wilayahnya. Pemerintahnya mengandeng pihak kepolisian untuk menertibkan usaha yang tidak memiliki perijinan lengkap.
Stephany menambahkan seluruh transaksi pemerintah di daerahnya telah dikomputerisasi dan disesuaikan dengan aturan perundang-undangan yang ada. Sehingga pengelolaan keuangan darah lebih transparan dan memiliki implementasi hukum yang ketat. “Jangan salah, kinerja yang prima itu tidak harus dengan biaya tinggi, tapi niat dan konsistensi. Karena anggaran daerah kami hanya sedikit sekali dan separonya sudah tersedot untuk gaji pegawai,” imbuhnya. (*)