Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak memaparkan sejumlah gagasan pembangunan daerah di Trenggalek sebagai model pembangunan kawasan berkelanjutan untuk menekan kesenjangan ekonomi antara wilayah utara dengan selatan Jawa Timur di forum UN-Habitat di Surabaya.
(Sumber: AntaraJatim. Tampak Bupati Trenggalek Emil E. Dardak, ketiga dari kiri, saat memaparkan gagasan pembangunan infrastruktur dan akses transportasi untuk tekan kesenjangan ekonomi di daerah)
“Infrastruktur dan akses transportasi menjadi kunci penting dalam pembangunan daerah tertinggal di pesisir selatan Jatim, khususnya Trenggalek dan sekitarnya,” kata Bupati Emil saat menjadi pembicara dalam rangkaian UN-Habitat tentang inovasi pembangunan kota dan wilayah berkelanjutan yang digelar di Garden Palace Hotel Surabaya, Rabu (27/7).
Dalam seminar bertema “Sustainable Urbanization Toward the New Urban Agenda” itu, fokus membahas rencana pemerintahannya untuk mengembangkan dua kota baru di Trenggalek, yaitu kota maritim di Pesisir Prigi dan kota perdagangan Kecamatan Panggul.
Menurut Emil yang juga adalah Wakil Ketua umum Apkasi (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia), dengan dibangunnya berbagai fasilitas di Prigi mulai pelabuhan barang, pelabuhan ikan maupun objek pariwisata nantinya Pesisir Prigi akan menjadi kota perikanan baru di pesisisir Selatan Jawa.
“Kurang optimalnya Trenggalek selama ini karena tidak ada pelabuhan barang di sana. Rencana pusat (pemerintah) pusat membangun pelabuhan barang di Prigi akan menjadi solusi daerah, tidak hanya bagi Trenggalek namun juga kawasan pesisir selatan Jatim bagian barat secara keseluruhan,” paparnya.
Emil mengaku optimistis pegembangan kota maritim di Prihi akan menarik banyak investor, karena akses transportasi laut yang mudah dijangkau membuat harga bahan, biaya produksi dan distribusi jauh lebih efisien.
“Dengan distribusi yang mudah dan murah tentunya iklim investasi bisa masuk sehingga pendapatan masyarakat akan meningkat begitu pula angka pengangguran akan dapat ditekan,” ujarnya.
Sementara itu mengenai rencana pembangunan kota perdagangan di Kecamatan Panggul disebut Emil karena wilayah yang ada di pesisir selatan Trenggalek bagian barat ini bisa menghubungkan tujuh kecamatan baik di dalam maupun di luar Kabupaten Trenggalek.
Dua wilayah kecamatan di antaranya ada Kabupaten Pacitan, satu wilayah kecamatan di Kabupaten Ponorogo dan empat wilayah kecamatan Trenggalek.
“Posisi geografis yang strategis di segitiga wilayah inilah yang membuat Panggul berpotensi besar menjadi kota perdagangan baru,” kata Emil.
Masalah akses tranportasi udara kembali disinggung Emil dalam forum seminar yang diadakan Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan rakyat (PUPR) bersama Eastern Regional Organization for Planning dan Human (EAROPH) tersebut.
Ia mengatakan, akses penerbangan sipil di wilayah selatan Jatim vital guna memperdekat sekaligus mempermudah akses untuk menuju daerah-daerah tersebut, sehingga menarik minat investor.
“Kami harus bekerjasama dengan beberapa kepala daerah sekitar yang saling mendukung dan tidak saling mematikan. Merubah paradigma Trenggalek sebagai kota paling jauh dari Surabaya, Malang atau Yogyakarta, menjadi daerah yang strategis yang berada di tengah-tengah antara Yogyakarta dengan Malang,” kata Emil.
Mengutip statemen Presiden Joko Widodo yang mengedepankan “domestic connectivity” menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia, Emil dalam forum seminar menggarisbawahi pentingnya saling keterkaitan pembangunan daerah di Indonesia, termasuk di Trenggalek dan kabupaten/kota di sekitarnya.
“Visinya adalah membangun Indonesia ke depan dari tahun 2020. Setelah membicarakan kota metropolitan seperti Jakarta atau daerah-daerah metropolis lain, tidak bisa lepas dari “domestic cities” (daerah-daerah), keduanya saling terkait dan mendukung dan tidak bisa dipisah-pisahkan,” ujarnya.(*)