Gubernur DIY Sri Sultan HB X: Butuh Kerja Keras Wujudkan ‘Sleman Sembada’

Gubernur DIY Sri Sultan HB X menjelaskan, bukan pekerjaan mudah dalam mewujudkan Sleman Sembada secara nyata. Meski demikian, dia yakin jika Kabupaten Sleman dapat secara bertahap mampu mengaplikasikan secara nyata, makna dari Sleman Sembada tersebut.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X

(Berita: KRJogja. Foto: SlemanKab. Tampak Gubernur DIY Sri Sultan HB X dalam sebuah acara di Kabupaten Sleman)

“Sleman harus dapat menterjemahkan Sleman Sembada sebagai sesuatu yang tidak hanya sekedar filosofi saja. Namun teraplikasikan di dalam guyub dan majunya warga. Itu khan juga visi misinya Sleman. Memang tidak mudah dan tidak bisa sekali karena perlu proses. Tapi ini merupakan pekerjaan berat,” katanya usai menghadiri puncak peringatan 1 abad Kabupaten Sleman di Lapangan Denggung, Minggu (15/05/2016).

Sultan sendiri dalam upacara tersebut bertidak sebagai inspektur upacara. Komandan upacara dipercayakan kepada Camat Kalasan, Samsul Bakri. Seluruh peserta upacara dan tamu undangan, mengenakan pakaian Jawa lengkap. Termasuk Bupati Sleman Sri Purnomo. Sedangkan Sultan sendiri memilih mengenakan setelah jas warna hitam.

Tidak hanya bagi pemerintah, Sultan juga memberikan pesan kepada seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Setda Sleman. Tentunya untuk bisa mendukung tercapainya Sleman Sembada tersebut. Bagi masyarakat, Sultan berharap mampu menjadi pribadi yang saling menghormati satu sama lain, semangat dalam bekerja. Agar terwujud kehidupan yang makmur lahir dan batin.

Upacara hari jadi Kabupaten Sleman sendiri dimulai dengan pengambilan Tombak Kyai Turun Sih yang merupakan lambang kebesaran Sleman pemberian Kraton Yogyakarta. Disertai umbul-umbul Mego Ngapak dan lambang Kabupaten Sleman oleh 67 tim bergodo. Dibuka dengan repotoar tari kolosal ‘Astungkara Sembada’ yang dibawakan oleh 120 pelajar dan mahasiswa.

Tari Astungkara Seabad Sleman

(Foto: SlemanKab. Tampak peragaan Tari kolosal Astungkara Sembada di Perayaan Seabad Sleman)

Tarian ini bercerita tentang Sleman awal hingga masa kini. Mulai saat proses pencarian kekuasaan, penjajahan Jepang hingga peristiwa Erupsi Gunung Merapi yang cukup mengguncang masyarakat Sleman. Di sela-sela tarian, tampak prosesi Labuhan Merapi yang dihadiri langsung sang Juru Kunci Mas Bekel Anom Suraksosihono atau yang biasa disapa Mas Asih. Ini mengandung makna, jika erupsi jangan semata-mata dinilai musibah. Tapi sebagai awal kebangkitan bagi masyarakat untuk memulai hidup baru lebih sejahtera.

Bupati Sleman Sri Purnomo mengaku bersyukur, masih diberi kepercayaan untuk membangun Sleman ke abad yang kedua. Dia berharap ada sinergi antara pemerintah, masyarakt dan swasta untuk bersama-sama membangun Sleman agar kedepannya menjadi lebih baik. “Memasuki abad kedua ini, semanagt untuk membangun Sleman harus terus ditumbuhkan,” jelasnya. (*)