Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang menggelar upacara Peringatan Hari Jadi ke-654 Sintang di Stadion Baning, Selasa (10/5/2016) pagi. Peringatan Hari Jadi ke-654 Sintang mengusung tema “Kita Wujudkan Semangat Kebhinekaan Guna Kelanjutan Pembangunan Kabupaten Sintang yang Makin Maju, Sejahtera, Aman dan Damai”.
(Berita/Foto: TribunPontianak. Tampak perwakilan pelajar yang tergabung dalam Pramuka mengikuti upacara Peringatan Hari Jadi ke-654 Kota Sintang di Stadion Baning, Selasa (10/5/2016) pagi.)
Bupati Sintang Jarot Winarno bertindak sebagai inspektur upacara. Upacara diikuti oleh jajaran Pemkab Sintang, DPRD Sintang, Forkompinda, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Sintang, TNI, Polri, Mahasiswa dan perwakilan pelajar SMA dan SMP sederajat. Sebelum upacara dimulai dilakukan atraksi hiburan Marching Band dan Paskibraka.
Asal Muasal Kabupaten Sintang
Yang menarik dari peringatan HUT Kabupaten Sintang, adalah performance berupa aksi teatrikal napak tilas sejarah Kota Sintang yang berlangsung di Istana Al Mukarramah Sintang, Selasa (10/5/2016) pagi. Para pemeran terlihat menjiwai Napak tilas yang menceritakan asal muasal Kota Sintang. Dari awal hingga akhir cerita, mereka berekspresi dan berlakon sesuai peran secara runut tanpa noda serta selaras historis.
(Berita/Foto: TribunPontianak. Aksi teatrikal napak tilas sejarah Kota Sintang mewarnai peringatan Hari Jadi Ke-654 di Istana Al Mukarramah Sintang, Senin (10/5) pagi. Pemeran bertopi caping dan bersarung kuning memerankan pendiri Kota Sintang, Jubair Irawan I.)
Awalnya, para pemeran napak tilas dilepas langsung oleh Sultan Sintang Pangeran Ratu HRM Ikhsani Ismail Tsyafioeddien sekira pukul 06.00 WIB. Lantas mereka melakukan pelayaran ke Saka Tiga (Simpang Tiga pertemuan Sungai Kapuas dan Melawi) menggunakan perahu besar disebut Ejong dalam dialek Sintang. Jika di daerah Pontianak seperti Bidar atau lancang kuning. Namun dengan hiasan berbeda.
4 jam berselang, rombongan menghentikan pelayaran dan mendarat di tempat semula. Mereka disambut langsung oleh Bupati Sintang Jarot Winarno dan Sultan Sintang. Pendaratan dilanjutkan teatrikal penancapan batu pertama didirikannya Kota Sintang.
Koordinator Napak Tilas dan Gelar Budaya Harjad Ke-654 Sintang, Gusti Muhammad Fadli mengatakan napak tilas sebagai kilas balik dan memberikan pemahaman kepada masyarakat akan sejarah Sintang. “Disini dilihat sejarah bagaimana dan alasan pemindahan pusat pemerintahan yang dilakukan oleh Jubair Irawan I,” terangnya.
Cerita Fadli, berdasar historis, pada Tahun 1362 Masehi atau 1284 Saka, Jubair Irawan I memindahkan pusat pemerintahan dari Kampung Masuka Sepauk ke Sintang (Keraton). Pemindahan pemerintahan bukan tanpa sebab, di antaranya dalam rangka usaha pemekaran wilayah dan persiapan membangun pemerintahan baru di tepian Sungai Kapuas.
Lokasi tepi sungai, juga berlatar belakang membangun kekuatan pertahanan dan keamanan. Lokasi dipandang strategis dan mempermudah mengontrol lalu lintas di Sungai Melawi dan Sungai Kapuas. “Lokasi sangat strategis dan memperlancar komunikasi antar daerah aliran sungai tersebut dengan pusat pemerintahan,” terangnya.
Dalam perkembangannya, akhirnya lokasi yang ditetapkan Jubair Irawan I berkembang hingga saat ini. Jubair Irawan I adalah pendiri Kota Sintang atau Negeri Sintang. “Melalui perbandingan dan hubungan data dari kajian sumber, maka 10 mei 1362 M atau Tahun 1284 Sakadisepakati dan ditetapkan menjadi hari berdirinya Kota Sintang,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengelola Perbatasan saat Kartiyus membacakan sejarah singkat Kota Sintang menyampaikan secara yuridis formal, Kabupaten Sintang sebagai entitas pemerintahan dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 dan Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan. “Ibukota Kabupaten Sintang adalah Kota Sintang. Sebagai tempat hidup sebuah komunitas masyarakat, Kota Sintang telah eksis jauh sebelum lahirnya undang-undang nomor 27 tahun 1959 tersebut, bahkan telah ada sebelum terbentuknya NKRI Tahun 1945,” ucapnya.
Catatan sejarah telah menggambarkan bagaimana daerah yang menjadi titik pertemuan alur Sungai Kapuas dan Sungai Melawi ini tumbuh dan berkembang sudah sangat lama sehingga menjadi tempat yang tua dari sisi sejarah,” jelasnya. Berdasarkan hasil analisis terhadap sejarah lahirnya Sintang yang bertumpu pada sumber-sumber dapat dipertanggungjawabkan secara historis, politis, yuridis, pedagogis dan ilmiah.
Selain itu, berdasar nilai moral tinggi dan luhur ditarik beberapa kesimpulan diantaranya penetapan Hari Jadi Kota Sintang berpijak pada tanggal Jubair Irawan I memindahkan pemerintahan dari Sepauk ke Sintang. “Guna memberikan landasan hukum hari Jadi Kota Sintang, maka ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Hari Jadi Kota Sintang. Dan telah diundang-undangkan pada 27 November Tahun 2015 pada Lembaran Daerah Kabupaten Sintang 2015 Nomor 11,” pungkasnya. (*)