Nurdin Abdullah, Bupati Bantaeng yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Apkasi, didaulat sekitar seribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta sebagai salah satu Ketua Dewan Pembina Asosiasi Mahasiswa Indonesia Mandiri. Permintaan ini disampaikan langsung para mahasiswa pada deklarasi Asosiasi Mahasiswa Indonesia Mandiri di Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Minggu, 22 November 2015.
Menurut beberapa mahasiswa, sosok Nurdin Abdullah adalah ikon perubahan. Para mahasiswa melihat Nurdin sebagai pemimpin ideal dan mumpuni, termasuk sebagai ‘mentor’ mahasiswa, khususnya untuk entrepreneurship. “Contoh paling ril yang bisa dilihat adalah kinerja beliau di Kabupaten Bantaeng. Saya yakin orang yang baru melihat Bantaeng akan terpukau. Orang seperti inilah yang kami butuhkan. Beliau bisa menjadi contoh yang baik bagi kami,” jelas Ola, salah satu mahasiswa yang berasal dari Sulawesi Selatan dan menimba ilmu di UNY.
Sama seperti Ola, Muhammad Rasyid, salah satu mahasiswa yang hadir dalam deklarasi juga menyampaikan hal yang tidak jauh berbeda. “Kami ingin sosok yang memimpin organisasi ini benar-benar berdedikasi. Seperti kita ketahui, Pak Nurdin Abdullah juga berasal dari dunia usaha. Harapan kami, pengalaman beliau di universitas, dunia usaha dan pemimpin daerah bisa mentransfer ilmunya bagi teman-teman yang ingin perubahan fundamental cara berpikir, khususnya dalam potensi wirausaha. Kami juga tahu, beliau memiliki jaringan luas, khususnya di Jepang, yang bisa dimanfaatkan mahasiswa dan organisasi ini kelak,” papar Rasyid.
MAHASISWA MANDIRI UNTUK INDONESIA SEJAHTERA
Ide pembentukan asosiasi ini datang dari para mahasiswa UNY yang selama ini mulai menjajaki dunia usaha. Adalah Himmatul Hasanah, dosen sekaligus sebagai mentor berbagai kumpulan mahasiswa di UNY, yang mengkomparasi ide beberapa mahasiswa ini dengan kondisi lulusan pendidikan tinggi di Indonesia.
“Sebagai gambaran, banyak lulusan sarjana di Indonesia pengangguran. Apakah kita tinggal diam? Sebagai dosen, saya acap kali mendapat pertanyaan yang mengenaskan seperti ini. Mau kemana kami kalau sudah lulus? Atau banyak lulusan sarjana yang bekerja tidak sesuai studinya di universitas. Inilah mengapa anak-anak (mahasiswa) tertarik mengembangkan dan mencoba berwirausaha,” papar Himma.
Lebih lanjut Himma menyatakan, Indonesia kekurangan entrepreneur-entrepreneur muda. “Sangat tepat kalau kami mendorong mahasiswa menjadi entrepreneur. Karena mereka inilah yang nantinya menjaga perekonomian negara. Menyediakan lapangan kerja dan menciptakan inovasi-inovasi baru. Inilah harapan besar saya dari organisasi ini,” tambahnya.
Sedangkan mengenai ditunjuknya Nurdin Abdullah duduk sebagai Ketua Dewan Pembina, Himma menyatakan, dirinya memang menjadikan sosok Nurdin Abdullah sebagai ikon perubahan dan menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk merubah paradigma. “Kita tahu, sepuluh tahun lalu, sulit melihat perubahan di pemerintahan. Tapi Nurdin bisa melakukannya ketika para pemimpin daerah lainnya kesulitan melakukan perubahan. Keuntungan lainnya, Pak Nurdin bukanlah orang baru di dunia kampus, beliau sering diundan untuk kuliah umum. Beliau juga seorang usahawan sukses sebelum menjadi bupati. Bahkan, pengusaha Jepang mempercayai perusahaannya di Indonesia kepada Nurdin. Nah, artinya ia juga memiliki jaringan luas. Inilah yang ingin dimaksimalkan para mahasiswa yang ingin berwirausaha,” terang Himma.
DEKLARASI OLEH 10 UNIVERSITAS
Deklarasi organisasi yang fokus pada peningkatan dan penguatan kapasitas mahasiswa untuk berwirausaha ini dihadiri perwakilan 10 universitas ternama di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Diantaranya dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Kewirausahaan Universitas Gadjah Mada (UGM), UNY dan delapan universitas lainnya.
Himma mengatakan, deklarasi ini baru sebagai langkah awal. Menurutnya, dalam waktu dekat akan diadakan Rapat Koordinasi Nasional yang akan menentukan AD/ART organisasi, termasuk visi misi yang menjadi tujuan organisasi. “Pada dasarnya, organisasi ini hanya ingin memperkuat posisi mahasiswa atau lulusan universitas untuk berwirausaha. Tentu akan mendapat bantuan tidak saja moral tapi juga pemahaman-pemahaman baru tentang dunia usaha seperti seminar kewirausahaan, coaching clinik dan praktek langsung. Dan tidak menutup kemungkinan juga nantinya mendapatkan dukungan modal seperti kredit ringan. Inilah yang sedang kami desain dengan berbagai pihak. Tujuannya, tentu ingin menciptakan peluang baru bagi mahasiswa dan para lulusan universitas, agar mencoba dunia baru, dunia yang lebih cerah selain bekerja di perusahaan,” terang Himma.
Himma melanjutkan, dukungan pemerintah daerah sangat perlu bagi mahasiswa. Ia pun mengharapkan praktisi dunia usaha, pengusaha muda sukses dan pemerintah berkontribusi bagi asosiasi ini. “Asosiasi ini butuh pemerintah daerah. Kami ingin mahasiswa-mahasiswa yang dikirim daerah selama ini tidak saja mahir di bidangnya, tapi juga mahir dalam berwirausaha. Dan kami mengharapkan, para kepala daerah juga mendorong beasiswanya untuk mahasiswa-mahasiswa yang ingin menjadi wirausahawan. Dengan begitu, ketika sudah selesai kuliah, mereka bisa mengembangkan usaha didaerahnya. Poin ini bisa sampai ke pemerintah daerah karena Pak Nurdin Abdullah merupakan salah satu pimpinan di Apkasi, asosiasinya para bupati se-Indonesia,” sambung Himma.
Selain deklarasi, hari itu juga diselenggarakan talk show kewirausahaan dan business coach. Hadir sebagai pembicara yaitu Mohammad Dimyati, Dirjen Penguatan dan Pengembangan Kemenristek Dikti, Euis Saedah, Dirjen IKM Kementerian Perindustrian dan salah satu pengusaha muda sukses, Wijaksono.
Meski diundang secara khusus, Nurdin Abdullah sendiri tidak bisa hadir di acara deklarasi yang dilaksanakan di Ruang Serbaguna Hotel UNY ini karena harus menerima langsung kunjungan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo di Bantaeng dan menyiapkan perhelatan Pekan Olahraga Seni (Porseni) PGRI 2015, yang dipusatkan di Bantaeng. Nurdin pun menyampaikan permohonan maaf kepada mahasiswa dan juga panitia karena tidak bisa hadir. Ia menyatakan siap mendorong mahasiswa untuk berwirausaha dan berterima kasih kepada mahasiswa karena menghargai dirinya dan menempatkannya disalah satu pucuk pimpinan penting.
“Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada mahasiswa dan panitia di Yogyakarta, saya meminta maaf karena tidak bisa hadir. Saya tentu mendukung setiap langkah-langkah positif yang dilakukan mahasiswa. Sedangkan mengenai tawaran yang diberikan kepada saya, tentu ini penghormatan yang sulit saya tolak. Karena bagi saya, pergerakan mahasiswa selalu bermuara pada hal-hal positif. Selamat atas pendeklarasiaannya dan mari kembangkan dunia wirausaha,” papar Nurdin. (hen).