Salah satu cara memastikan program bisa berhasil adalah dengan mengikuti pola best practice yang sudah ada. Inilah yang dilakukan oleh Dinas Pemuda Olah Raga (Dinporapar) Kabupaten Semarang, selama dua hari, Senin-Selasa (31/10 – 1/11/2016) dengan melakukan kunjungan studi komparatif pengembangan desa wisata di Purbalingga, Jawa Tengah.
(Sumber: TimesIndonesia)
Seperti disampaikan oleh Kepala Bidang Pariwisata Dinporapar Kabupaten Semarang, Agustin, pihaknya memilih Kabupaten Purbalingga untuk belajar pengembangan desa wisata, karena perkembangannya dinilai sangat pesat. “Kabupaten Semarang memiliki 30-an desa wisata, dan ada beberapa desa wisata yang sudah lama sekali berdiri, namun perkembangannya tidak secepat di Purbalingga. Dengan belajar ke Purbalingga, ada beberapa hal yang bisa diterapkan. Persoalan utama dalam hal menyangkut pengembangan sumber daya manusia dan cara memotivasi pengelola desa wisata,” kata Agustin, di sela-sela acara sarasehan.
Dari hasil studi, Agustin bisa menyimpulkan, cara promosi dan pemasaran yang masif, menjadi kata kunci untuk menjual sebuah desa wisata. Selain itu, pemasaran tidak tergantung pada seseorang yang ditugasi sebagai marketing, namun semua pengelola desa wisata, hingga jajaran pembina di Dinbudparpora Purbalingga, ikut menggerakannya melalui berbagai media.
Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Purbalingga, Prayitno, mengungkapkan, sejak awal tahun 2015, pihaknya total menggerakan pengembangan desa-desa wisata. “Pola yang kami pakai dengan merekrut para pemuda di desa. Ini pengalaman lapangan, pengelolaan desa wisata di tangan anak-anak muda lebih cepat berjalan. Kemampuan SDM-nya yang terbatas juga masih terbuka untuk dikembangkan,” katanya.
Prayitno menambahkan, belajar dari 15 desa wisata yang dikembangkan, sudah terlihat perkembangannya. Hal ini terlihat dari tingkat kunjungan wisatanya yang naik drastis hingga 900%. Prayitno lantas berujar, “Selain pemberian motivasi dan semangat untuk maju, juga dibekali dengan berbagai pelatihan dan sesekali diajak untuk melakukan studi banding ke desa wisata lain di luar kota yang sudah maju.” (*)